jurnal, wonosobo

Wonosobo Yang Kita Cintai Itu Sebenarnya Siapa?

Suatu ketika di tengah diskusi ngalor ngidul dengan sahabat saya, tetiba obrolan kami sampai pada pertanyaan saya tentang seberapa cintakah kami pada Wonosobo. Lalu, dia balik bertanya, sebuah pertanyaan yang sampai saat ini pun saya masih ragu dengan jawaban saya sendiri.

“Sebenarnya, Wonosobo yang kamu cintai dan kamu bela itu siapa? Pemkabnya? Bupatinya? Masyarakatnya? Gunung Sindoro Sumbing yang menjulang tinggi? Atau apa?”

Saya terdiam. Lama.
Dan percakapan kami berakhir, tanpa kesimpulan. Continue reading “Wonosobo Yang Kita Cintai Itu Sebenarnya Siapa?”

jurnal

My Childhood Memory : Makan Gulai Otak di Warung Makan Padang bersama Mbah Kakung

Saya termasuk beruntung, dilahirkan dari rahim seorang anak tunggal (Ibu saya), jadi anak pertama,  bahkan cucu pertama di keluarga Ibu (Kalau dari keluarga Bapak ramai sekali, saya cucu ke-9, hehe). Untuk jadi anak pertama mungkin hal spesial hanya akan dilakukan oleh Bapak dan Ibu saya. Tapi, jadi cucu pertama? Menyenangkan sekali. Apalagi saat saya lahir, usia Mbah Kakung dan Mbah Putri yang masih sehat, masih bugar untuk selalu mengajak saya kemana-mana. Mbah Kakung dan Mbah Putri yang selalu ada disaat Bapak dan Ibu saya bekerja. Bahkan, bisa dibilang saya ini anak Mbah Kakung dan Mbah Putri.

60002
anak dan cucu pertama :’)

Continue reading “My Childhood Memory : Makan Gulai Otak di Warung Makan Padang bersama Mbah Kakung”

sastra

separuh rembulan di payung cah ayu

cah ayu, begitu aku memanggilnya

mungkin sudah begitu banyak waktu, tak bisa ku menghitungnya
semalam bersamanya, bagaikan sedetik yang berlalu
ah, kamu cah ayu

aku tidak sedang dalam kebingungan
aku hanya merasakan kerinduan
dia yang selalu menanyaiku ‘masak apa?’
sekarang hanya bisaku merabanya lewat kaca

kamu sedang apa?
menatap langitkah?

sebentar lagi rembulan separuh
namun payungmu masih saja mingkup
mauku merengkuh
namun bagimu mungkin takkan cukup

kamu sedang apa?

kalau ada waktu, mampirlah
mataku menahan lelah
sebelum pipiku mulai basah